Demo Jalan Rusak Jadi Kado Ulang Tahun untuk Gubernur Dedi Mulyadi, Warga Cirebon Tantang Prabowo Turun Tangan

Massa aksi demo jalan rusak di Jalan Pangeran Sutajaya, Kabupaten Cirebon.
Iklan bawah post

CIREBON – Ulang tahun ke-54 Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, disambut tidak biasa. Bukan ucapan selamat atau pesta mewah, melainkan aksi demonstrasi dari warga Cirebon Timur yang sudah lama kecewa dengan kondisi jalan rusak parah di wilayah mereka.

 

Bacaan Lainnya

Puluhan warga dari Kecamatan Gebang hingga Pabuaran, Kabupaten Cirebon, turun ke jalan pada Sabtu pagi (12/4). Mereka memblokade ruas-ruas jalan utama yang penuh lubang dan genangan air, sambil membentangkan spanduk dan berorasi menuntut perhatian dari pemerintah provinsi.

 

Bagi mereka, ini bukan sekadar unjuk rasa biasa. Aksi ini mereka sebut sebagai “kado ulang tahun” untuk Gubernur Dedi Mulyadi. Sebuah pengingat keras bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang belum tersentuh, terutama dalam bidang infrastruktur dasar yang vital bagi mobilitas dan ekonomi warga.

 

Jalan Pangeran Sutajaya yang menjadi titik utama aksi memang sudah lama dikeluhkan. Lubang-lubang besar, permukaan jalan yang bergelombang, dan genangan air saat hujan membuat akses warga terganggu. Bahkan tak jarang terjadi kecelakaan kecil akibat pengendara kehilangan kendali.

 

Ketua DPP Ampar (Aliansi Masyarakat Peduli Rakyat), Maulana dalam orasinya menyebut bahwa kondisi ini mencerminkan ketidakberpihakan anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap Kabupaten Cirebon.

 

“Gubernur tidak bisa lepas tangan. Ini bukan hanya masalah Kabupaten, ini masalah Jawa Barat. Cirebon bagian dari Jawa Barat, dan sudah saatnya ada keberpihakan dalam penganggaran,” ujarnya.

 

Ia menilai, jika pemerintah provinsi terus mengabaikan kondisi jalan di Cirebon, maka bukan tak mungkin daerah-daerah lain juga akan melakukan hal serupa.

 

“Kalau tidak mau urus perbatasan, ya sudah lepas saja. Biar Cirebon jadi provinsi sendiri,” sindir Maulana lantang.

 

Lebih jauh, Maulana juga menyoroti kebijakan terbaru Pemprov Jabar yang akan menghapus skema budgeting langsung untuk kota dan kabupaten. Menurutnya, ini akan memperburuk keadaan, khususnya bagi daerah luas seperti Kabupaten Cirebon.

 

“Kalau dana bagi hasil pajak itu memang kewajiban undang-undang. Tapi budgeting itu bentuk perhatian. Kalau itu dicabut, lalu siapa yang akan membantu kami? Jalan rusak ini bukan hiasan ulang tahun. Ini bukti nyata ketidakpedulian,” katanya.

 

Menurutnya, Cirebon sebagai daerah perbatasan dengan Jawa Tengah, semestinya menjadi prioritas dalam pembangunan.

 

“Cirebon itu wajah timur Jawa Barat. Masa wajahnya dibiarkan bopeng-bopeng seperti ini?,” tutur Maulana.

 

Dalam aksi tersebut, warga juga menyampaikan tantangan terbuka kepada Presiden RI Prabowo Subianto dan Gubernur Dedi Mulyadi. Salah satu orator, Qorib Magelung Sakti, dengan lantang mengajak kedua pemimpin tersebut untuk datang langsung melihat kondisi jalan rusak.

 

“Pak Prabowo, Presiden RI kami tantang untuk datang ke Cirebon. Kang Dedi Mulyadi yang katanya hebat, kami tantang untuk melihat sendiri bagaimana penderitaan kami setiap hari,” tegas Qorib di hadapan massa.

 

Aksi ini pun menarik perhatian banyak warga sekitar. Banyak dari mereka yang ikut menyuarakan keluhan, berharap aksi ini bisa menjadi momentum perubahan.

 

“Setiap musim hujan, jalan jadi kolam. Anak-anak susah sekolah, warga susah kerja. Kami sudah cukup sabar,” ujar Yusuf, warga Desa Gebang Ilir.

 

Meski berlangsung damai, aksi ini meninggalkan pesan yang kuat. Bahwa kemarahan warga bukan sekadar emosi sesaat, melainkan akumulasi dari bertahun-tahun kekecewaan yang tak kunjung tersalurkan.

 

Warga berharap, momen ulang tahun Gubernur bukan hanya perayaan pribadi, melainkan momen introspeksi atas janji-janji pembangunan yang belum terwujud.

Pos terkait