Buku terbarunya, Cactus Pear for My Beloved (Penguin Australia, 2024), masuk daftar pendek Stella Prize 2025 dan Douglas Stewart Prize.
Kehadiran Samah, menurut Seno, membawa makna simbolis mendalam. “Ia menjembatani spiritualitas Islam Nusantara dengan pengalaman kemanusiaan Palestina. Puisinya adalah suara keteguhan di tengah luka dunia,” katanya.
BWCF 2025 juga akan menjadi tribut bagi almarhum Uka Tjandrasasmita (1934–2010), arkeolog Universitas Indonesia yang berjasa besar dalam pengembangan arkeologi Islam Nusantara.
Buku monumental karyanya, Arkeologi Islam Nusantara, menjadi rujukan penting bagi para peneliti situs-situs Islam di Banten, Cirebon, Gresik, hingga Aceh.
Pada malam pembukaan BWCF, Dr. Hélène Njoto, sejarawan seni dan arsitektur asal Prancis, akan menyampaikan Pidato Kebudayaan bertema “Tribute untuk Uka Tjandrasasmita: Membaca Kembali Sendang Duwur dan Masjid-Masjid Kuno Nusantara.”
Seno berharap BWCF ke-14 ini menjadi ajang yang tidak hanya kaya gagasan tetapi juga memperluas pemahaman publik terhadap warisan spiritual dan intelektual Nusantara.








