Sementara itu, Direktur Pusat Studi Agama, Lingkungan dan Sosial (Pusals) ISIF Cirebon, Abdul Malik, mengingatkan agar pelaksanaan program MBG tidak hanya berfokus pada aspek gizi dan keamanan pangan, tetapi juga memperhatikan dampak lingkungan.
“Limbah dapur yang dihasilkan bisa menjadi ancaman baru bagi lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Ancaman itu bukan hanya potensi keracunan makanan, tapi juga limbah cair seperti minyak jelantah, sabun, dan zat kimia lainnya,” ujar Malik.
Ia menambahkan, saat ini volume limbah MBG masih tergolong kecil dan masih bisa ditangani secara lokal. Namun, jika program ini diperluas secara masif, potensi limbah yang dihasilkan bisa meningkat drastis.
“Jika program ini berjalan secara besar-besaran, limbah yang dihasilkan bisa mencapai ratusan hingga jutaan ton per hari,” tandasnya.