“Total terdapat 67 sumber primer yang membuktikan kiprah Kiai Abbas, baik dalam bidang pendidikan pesantren, pergerakan kemerdekaan, maupun perlawanan terhadap kolonialisme,” katanya.
Tak hanya dari dalam negeri saja, sejumlah dokumen juga tercatat dalam arsip luar negeri. Seperti Belanda dan bahkan media internasional seperti The New York Times.
“Sumber-sumber ini mencatat peristiwa-peristiwa nyata yang diikuti Kiai Abbas pada era 1920-an hingga 1940-an, termasuk pemberitaan di media seperti Swara Nahdlatoel Oelama dan Kedaulatan Rakjat,” kata dia.
Dalam ilmu sejarah, tanpa dokumen, menurutnya berarti tidak ada sejarah. Tapi dalam kasus Kiai Abbas, menurutnya justeru dokumennya paling banyak. Ini bukan sekadar wacana, tapi fakta yang teruji.
“Dan tahun sebelumnya, pengusulan Kiai Abbas sempat terkendala karena keterbatasan data primer, yang kala itu hanya lima. Namun dengan kerja keras berbagai pihak, kini data itu melonjak drastis, menjadikannya salah satu kandidat terkuat,” jelasnya.
Sementara itu, dalam tausiyahnya, Prof KH Asep Saifuddin Chalim menekankan pentingnya mengiringi ikhtiar ilmiah ini dengan ketulusan spiritual.