Cara ini tidak hanya memberikan manfaat langsung berupa infrastruktur, tetapi juga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat selama proses pembangunan berlangsung.
“Pengerjaan dilakukan secara swakelola. Dengan begitu warga ikut terlibat, sekaligus memperkuat rasa memiliki terhadap infrastruktur yang dibangun,” tambahnya.
Desa Belawa memiliki luas lahan pertanian sekitar 200 hektare. Dari jumlah tersebut, sebagian besar ditanami mangga sebagai komoditas unggulan desa.
Selain itu, terdapat juga lahan padi tadah hujan sekitar 30–40 hektare serta lahan tebu yang dikelola oleh sebagian petani.
“Kalau lahan padi memang tidak banyak, hanya sekitar 30–40 hektare, itupun mengandalkan tadah hujan. Namun untuk mangga, hampir sebagian besar warga menggantungkan penghidupan dari hasilnya,” ujar Deni.
Meski pembangunan jalan usaha tani sepanjang 1 kilometer ini telah terealisasi, Pemdes Belawa mengakui masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, khususnya terkait infrastruktur jalan pertanian.
“Kami berharap ke depan masih ada dukungan dari Kementerian Pertanian agar jalan-jalan usaha tani lainnya bisa ditingkatkan. Dengan begitu, kualitas hidup petani Desa Belawa akan semakin baik,” pungkasnya.