“Memang belum banyak yang beralih. Salah satu tantangan utama adalah kekhawatiran petani terhadap penurunan hasil panen. Ini yang harus kita edukasi terus-menerus,” tambahnya.
Salah satu contoh nyata petani yang konsisten mengembangkan pertanian organik adalah Shobirin, petani milenial asal Desa Sampih, Kecamatan Susukanlebak. Ia telah mengelola pertanian organik di lahan seluas 1 hektare selama tujuh tahun terakhir secara mandiri, tanpa dukungan dari pemerintah daerah.
Kepada media, Shobirin sempat menyampaikan kekecewaannya karena belum pernah mendapatkan perhatian ataupun pendampingan dari Pemkab Cirebon maupun DPRD setempat, meskipun beras organik yang ia hasilkan sudah memiliki pelanggan tetap setiap musim panen.
Namun, pada tahun ini, Shobirin yang juga merupakan Ketua Kelompok Taruna Tani di Susukanlebak akhirnya mendapatkan bantuan berupa traktor roda dua serta Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mendukung kegiatan kelompoknya.
Selain itu, dua kelompok tani di wilayah Susukanlebak juga telah menerima bantuan Pupuk Hayati Cair (PHC) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Meski demikian, Deni mengakui bahwa jumlah bantuan tersebut masih sangat terbatas.