Keberhasilan pembudidaya rumput laut di Desa Ambulu, dapat menjadi contoh bagi daerah lain yang terdampak air rob.
“Dengan kreativitas dan adaptasi, apa yang dianggap sebagai bencana dapat berbalik menjadi berkah.
Diani mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, petambak ikan di desanya sempat mengalami kesulitan dan kehilangan mata pencarian akibat air rob.
Namun, setelah sebagian warga mulai menanam rumput laut di lahan bekas tambak ikan, akhirnya 90% dari total petambak ikan beralih ke budidaya rumput laut.
“Modal belanja bibit perhektar, Rp2 juta, dan untuk pemeliharaan, membutuhkan 5 kantong garam khusus perhektar setiap bulan, dengan harga perkantong garamnya Rp15.000,” katanya.
Sementara untuk panen, kata dia bisa dilakukan setiap 2 bulan sekali. Dan dalam sekali panen, kami bisa menghasilkan sekitar 2 ton dengan harga rumput laut keringnya perkilogram Rp5.000.
“Sehingga, budidaya rumput laut, memiliki resiko yang minim dan perawatan yang mudah, tapi hasil melimpah” kata Diani.
Warga Ambulu, Rosikin yang juga memilih alih profesi dari peternak ikan ke budidaya rumput laut, mengaku dengan modal awal sekitar Rp3 juta, pembudidaya rumput laut dapat memanen hasil hingga 6 kali dalam setahun, dengan interval panen setiap 2 bulan sekali.