Gerakan ini lahir dari keprihatinan terhadap anak-anak yang mulai jauh dari buku. Warkina ingin membentuk pola pikir masyarakat berdasarkan sumber yang valid dan terpercaya. Ia percaya, literasi adalah fondasi kemajuan masyarakat.
“Buku memberikan arah yang jelas dalam berpikir. Kita ingin membentuk mindset masyarakat yang lebih kuat dan sehat melalui literasi,” tuturnya.
TBM Pado Maco juga memiliki berbagai program, seperti Gerakan Sadar Baca, Read Aloud, Gerakan Literasi Rakyat, dan Gerbu Membaca, konsep membaca santai yang menyenangkan tanpa tekanan, untuk semua kalangan.
Bahkan, Warkina menerapkan cara-cara unik untuk menyebarkan semangat baca. Buku diselipkan di tempat-tempat tak terduga, seperti kios makanan, tempat cukur rambut, hingga dijadikan hadiah pernikahan. Di bawah popok bayi saat menjenguk pun ia sempat menyisipkan buku kesehatan.
“Kami ingin literasi hadir dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya di perpustakaan atau ruang kelas,” ujarnya.
Saat ini, TBM Pado Maco digerakkan oleh sekitar 10 relawan tetap dan puluhan relawan tidak tetap yang siap turun ke lapangan saat kegiatan besar berlangsung. Kegiatan mereka bisa berlangsung 3 hingga 4 kali dalam seminggu, tergantung kondisi dan kesiapan tim.