“Gerakan itu lahir dari kegelisahan dan keberpihakan. Ketika tidak ada aktivis yang berani bersentuhan langsung dengan rakyat, maka yang tersisa hanya forum tanpa ruh. Hari ini, di FCTM, denyut itu hampir tidak terasa,” ujar Hamzaiya, Selasa (30/12/2025).
Ia menilai dominasi kelompok pensiunan dalam struktur dan agenda FCTM telah menggeser orientasi perjuangan. Kerja-kerja ideologis dan advokatif yang seharusnya menjadi motor utama pemekaran wilayah justru tergantikan oleh aktivitas simbolik dan seremonial.
“Tidak ada persoalan dengan usia atau status pensiun. Namun ketika sebuah gerakan dikendalikan oleh pihak-pihak yang tidak lagi memiliki keterikatan langsung dengan realitas sosial rakyat, maka daya dobraknya pasti melemah. Pemekaran wilayah bukan kegiatan pengisi waktu luang,” tegasnya.
Hamzaiya juga menyoroti pola kegiatan FCTM yang dinilai semakin elitis. Agenda-agenda yang digelar di ruang-ruang nyaman dianggap sebagai simbol keterputusan antara forum dengan kondisi riil masyarakat yang masih bergulat dengan persoalan ekonomi, akses layanan publik, dan ketimpangan pembangunan.








