Selain itu, Bo’im sapaan akrab Moch. Rosid kembali mengatakan, dalam hal kompetensi manajerial seorang Direktur BUMDes sangat dipertanyakan. Baik kemampuan membaca peluang pasar, dan keterampilan membangun jaringan bisnis yang solid.
Kekhawatiran masyarakat semakin bertambah dengan minimnya informasi yang disosialisasikan terkait proses penjaringan calon ketua BUMDes.
“Banyak warga mengaku tidak mengetahui adanya lowongan ketua atau Direktur BUMDes, persyaratan yang dibutuhkan, atau mekanisme seleksi yang diterapkan. Akibatnya, hanya segelintir orang yang mengetahui informasi ini dan berpotensi untuk mendaftar,” terangnya.
Bo’im pun menyebutkan, alasan klise “warga tidak ada yang mau” dinilai hanya sebagai pembenaran untuk meloloskan anak Kuwu menjadi Direktur BUMDes.
Padahal, jika sosialisasi dilakukan secara maksimal dan transparan, tentunya akan banyak warga desa yang berkualitas dan memiliki kompetensi untuk memimpin BUMDes. Untuk itu, dengan terpilihnya Direktur BUMDes yang tak lain adalah anak seorang Kuwu dinilai melanggar ketentuan dan etika yang berlaku.