BWCF ke 14 Resmi Dibuka, Menyulam Kembali Kisah Peradaban Nusantara dari Jejak Nisan Tua

Iklan bawah post

Tahun ini, BWCF bekerja sama dengan Majelis Seni dan Tradisi Cirebon (Mesti), Perhimpunan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) yang didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon.

Tema yang diangkat yakni “Estetika Nisan-nisan Islam Nusantara dan Dunia Ketuhanan Tarekat Syattariyah di Cirebon” menggugah ingatan kolektif tentang persilangan sejarah, seni, dan spiritualitas yang membentuk wajah kebudayaan kita.

Prof Dr Oman Fathurahman, selaku penasehat BWCF, menegaskan pentingnya kajian nisan tua Nusantara serta manuskrip Syattariyah bagi pemetaan warisan intelektual.

“Kepercayaan ilahi dirajut dan dibingkai. Jejaring Syattariyah menghubungkan memori kolektif yang terputus, juga memberi petunjuk jejak peradaban yang terhapus.” Ucapannya bergema seperti doa yang dipanjatkan dari masa silam menuju masa kini.

Ia melanjutkan, mengingatkan bahwa manuskrip dan batu nisan yang berserak di berbagai wilayah bukan sekadar benda warisan, tetapi penanda bagi kita untuk kembali menapaki jalur yang dulu terhubung begitu kuat.

Iklan dalam post

Pos terkait

Iklan bawah post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *