“Ilmu tanpa amal akan kering, sementara amal tanpa ilmu bisa keliru. Santri harus mampu menyeimbangkan keduanya dalam kehidupan sosial,” tuturnya.
Ia juga menilai bahwa sikap eksklusif yang pernah melekat di sebagian lingkungan pesantren sudah saatnya ditinggalkan.
Tantangan zaman menuntut santri memiliki pola pikir terbuka dan kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang majemuk.
“Perbedaan agama adalah realitas bangsa ini. Santri harus siap menghormati dan menjaga persaudaraan kebangsaan,” tegasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Kementerian Agama Kabupaten Cirebon, Selamet, yang mewakili Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat, menyampaikan apresiasi atas konsistensi PKUB dalam membangun ruang dialog lintas iman, khususnya di lingkungan pesantren.
Ia menegaskan bahwa kegiatan semacam ini terbukti efektif dalam menjaga stabilitas sosial dan kerukunan umat beragama. Kondisi tersebut, menurutnya, tercermin dari situasi Kabupaten Cirebon yang relatif kondusif dari isu-isu intoleransi.








