Di sisi lain, biaya pengangkutan sampah yang mencapai ratusan ribu rupiah per truk dinilai memberatkan desa. Apalagi, sampah yang menumpuk di TPST membutuhkan puluhan armada untuk dibersihkan.
Sutrisno, anggota Karang Taruna Singaraja Japura Kidul, menuturkan bahwa pihaknya tetap berkomitmen membantu desa mengelola sampah.
Namun, keterbatasan anggaran membuat pengelolaan di lapangan tidak berjalan maksimal.
“Kalau ada mesin pencacah sampah atau mesin RDF mungkin lebih mudah. Tapi karena tidak punya, kami hanya mengandalkan pembakaran. Itu pun terkendala karena sampah basah menggunung. Jadi mau tidak mau harus segera dibuang ke TPA dengan armada dari LH,” jelas Sutrisno.
Karang Taruna berharap, pemerintah desa dan Dinas LH segera menemukan solusi bersama.
“Agar penanganan sampah di Japura Kidul tidak menimbulkan masalah kesehatan maupun lingkungan bagi warga sekitar,” pungkasnya.








