CIREBON – Banyak kalangan merespon terkait adanya arahan PBNU untuk memilih Paslon Capres-Cawapres nomor urut 02. Salah satunya Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Bina Insan Mulia, KH Imam Jazuli yang mengingatkan para kader PKB agar tidak terpengaruh atas arahan PBNU untuk memilih salah satu paslon Capres-Cawapres tertentu.
Dirinya yang juga merupakan Penasihat Nasional Tim AMIN, menilai bahwa hal itu tidak akan berpengaruh. Terutama bagi warga NU kultural. Hal itu Kiai Imam Jazuli sampaikan di hadapan ratusan relawan pemenangan AMIN, legislator, pengurus partai, caleg, para kiai, para pengasuh pesantren, dan tokoh masyarakat untuk wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan saat menggalang konsolidasi di Pesantren VIP Bina Insan Mulia 2 Cirebon.
“Kekuatan NU itu, kita tahu berada di level masyarakat kulturalnya dalam hal sikap politik. Mereka sangat ideologis,” kata dia.
Sementara untuk NU struktural, kata dia, kebanyakan hanya berpikir pragmatis dan sesaat.
“Jadi, tidak usah khawatir karena pengaruh NU struktural pada penentuan kepemimpinan nasional selama ini hanya kosong-kosong koma, alias tidak ada penngaruhnya,” kata dia.
Kiai Imam Jazuli juga berpesan kepada para kader PKB untuk tidak terpengaruh oleh siasat NU struktural (PBNU) yang melakukan berbagai cara untuk menjauhkan warga NU dari PKB dengan kedok netralitas, namun di baliknya justru ada pengarahan ke pasangan Capres-Cawapres tertentu.
“Fakta. Pada 2004, pasangan Mega-Hasyim bertarung berhadapan dengan SBY-JK. Kurang apanya itu? PDIP partai besar, sedangkan PBNU mengklaim umatnya 100 juta dengan Pak Hasyim sebagai pimpinannya. Semua perangkat NU struktural sudah dikerahkan untuk pemenangan, tapi apa hasilnya? Mega-Hasyim kalah,” katanya.
Dalam perhelatan itu, perolehannya hanya 26.61%, yang setara dengan 31.569.104 suara, padahal PDIP adalah partai besar yang perolehan suaranya di tahun 1999 sebesar 33.75% (35,62 juta suara). Artinya, kata Kiai Imam Jazuli, tetap tidak berpengaruh.
“Saya berkomunikasi dengan sejumlah lembaga survei nasional terkait pengaruh arahan PBNU pada Paslon 02. Ternyata tidak ada angka yang membedakan antara sebelum dan sesudah ada arahan itu,” katanya.
PKB jadi bukti lainnya. Meksipun PBNU di bawah Gus Yahya ini melakukan berbagai cara untuk menjauhkan warga NU kultural dari PKB dengan alasan politik kebangsaan, netralitas, dan macam-macam alasannya, tapi kenyataannya PKB justeru semakin besar.
“Banyak Pilkada yang didukung PCNU tapi tidak berpengaruh ke hasil. Ada jarak antara NU struktural (pengurus PBNU) dan NU kultural. Jadi, enggak ngaruh, paling hanya nol, nol, koma,” ujarnya.
Kepada seluruh relawan dari partai pengusung AMIN (PKB, Nasdem, PKS, dan Ummat), ia menekankan pentingnya kerja keras dan kerja cerdas dalam kampanye. Ia juga meminta agar abaikan grup WA, abaikan medsos karena sudah ada yang mengurus.
“Tugas utama relawan adalah turun langsung ke hati masyarakat di wilayahnya masing-masing,” lanjutnya.
Dukungan masyarakat, dijadikan kekuatan AMIN yang paling utama. Datangi masyarakat yang belum mengelompok. “Datangi juga masjid, warung kopi, tempat nongkrong, majlis taklim, dan berbagai perkumpulan,” kata dia.
Pihaknya juga memberikan rahasia kemenangan Partai FIS (Front Islamic du Salut) di Al-Jazair era 90-an, yang menang melawan partai penguasa yang sudah 40 tahun memimpin. FIS hanya boleh ikut pemilu tapi tidak boleh berkampanye terbuka.
“Dengan mengusung isu perubahan Al-Jazair, melalui cara turun langsung ke masyarakat dengan bergerilya ke kantong-kantong publik, FIS memenangi pertarungan. FIS bahkan mampu menguasai 81% kursi parlemen,” katanya.
Langkah terpenting, menurutnya, bagi relawan adalah memahami agenda perubahan yang akan diperjuangkan AMIN ketika sudah menang dengan narasi yang langsung menyentuh keadaan masyarakat.
“Kepada petani, tanyakan apakah akan terus menjadi petani yang dimiskinkan oleh sistem? Kepada pencari kerja, tanyakan apakah rela investasi hanya dinikmati oleh tenaga kerja asing? Dan seterusnya, dan seterusnya,” ujar dia.
Ia juga menyampaikan optimismenya di hadapan para relawan. Ia melihat para relawan adalah orang yang berpengaruh di lingkungannya dan orang terdidik. Karena, lanjut dia, sebagian besar yang hadir adalah para pensiunan guru, polisi, TNI, birokrat, dan para aktivis pendidikan.
“Dengan demikian, saya yakin anda semua mampu dan punya pengaruh suara yang signifikan asal bekerja dengan keras dan cerdas untuk kemenangan ,” katanya. (Kim)