“Kita harus beradaptasi dengan kemajuan zaman. Festival ini memadukan seni tradisional, modern, dan teknologi seperti videomapping,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa Cirebon merupakan melting pot budaya yang menyerap pengaruh dari Sunda, Jawa, Tiongkok, Timur Tengah, hingga Eropa.
Pada pembukaan festival, penonton disuguhkan berbagai karya seni media seperti pertunjukan video mapping pada bangunan bersejarah di kawasan pelabuhan, instalasi seni digital interaktif, kolaborasi musik gamelan dengan DJ, serta karya-karya seniman muda Cirebon yang memanfaatkan teknologi untuk mengeksplorasi identitas budaya.
Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, menyampaikan bahwa FKSM 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat identitas kota sebagai pusat budaya dan seni.
Ia menilai kolaborasi antara seni tradisional Cirebon—termasuk tari topeng dan batik megamendung—dengan budaya digital telah membuka ruang baru bagi perkembangan seni di daerahnya.
Edo juga mengapresiasi dukungan Kementerian Kebudayaan yang berencana mengadakan pentas seni rutin setiap malam minggu di Cirebon.








