Pemekaran Cirebon Timur: Perjuangan Rakyat atau Proyek Elit?

{"data":{"activityName":"","alias":"","appversion":"0.0.1","editType":"image_edit","exportType":"ads_export","filterId":"","imageEffectId":"","os":"android","pictureId":"6826d4f5f8ba405a92ae32d7a18b56e3","playId":"","product":"lv","infoStickerId":"","stickerId":""},"source_type":"vicut","tiktok_developers_3p_anchor_params":"{"source_type":"vicut","client_key":"aw889s25wozf8s7e","picture_template_id":"","capability_name":"retouch_edit_tool"}"}
Iklan bawah post

CIREBON – Wacana pemekaran Kabupaten Cirebon Timur kembali menjadi perhatian publik. Tokoh muda Cirebon Timur, R. Hamzaiya S.Hum, menyerukan agar pemekaran tetap berpegang pada azaz musyawarah yang inklusif dan terbuka bagi semua kalangan. Jumat (7/11/2025).

Hamzaiya menilai bahwa pemekaran tidak boleh hanya dijadikan proyek politik atau ajang pembentukan kelompok elit yang eksklusif.

“Pemekaran sejati adalah membangun kesejahteraan rakyat secara merata, bukan menciptakan tatanan baru yang justru menumbuhkan karakter bangsawan politik,” ujarnya.

Salah satu tokoh pegiat pemekaran, H. Dade Mustofa Efendi, menanggapi pernyataan Hamzaiya dengan tegas.

“Pernyataan yang menuding bahwa gerakan pemekaran Cirtim hanya menjadi kepentingan elit dan tidak melibatkan masyarakat adalah menyesatkan dan mengabaikan fakta sejarah perjuangan panjang yang dilakukan oleh masyarakat sendiri,” ujarnya.

Dade menegaskan bahwa perjuangan pemekaran sudah berlangsung lama dan melibatkan banyak elemen masyarakat dari berbagai lapisan.

Iklan dalam post

Pos terkait

Iklan bawah post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *