Selain soal keterlibatan warga, Nur Alam juga menyoroti mutu pekerjaan yang dinilai tidak maksimal.
Ia mengatakan, dasar sirtu (pasir batu) untuk rabat beton tidak diratakan dengan baik, sementara begisting (papan pembatas cor) dipasang asal-asalan.
“Sirtunya gak rata, harusnya cor di atas sirtu, tapi malah ketutup sebagian. Kami khawatir hasilnya jelek dan cepat rusak,” ucapnya.
Warga juga mempertanyakan keterlambatan pemasangan papan informasi proyek. Menurut mereka, papan proyek baru dipasang setelah tiga hari pengerjaan berlangsung.
“Awalnya gak ada papan proyek, baru hari ketiga tiba-tiba dipasang. Kami sudah dokumentasikan dan laporkan ke pihak desa,” tambah Nur Alam.
Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan warga bahwa pelaksanaan proyek dilakukan tanpa keterbukaan sejak awal.
Menanggapi laporan warga, Agus Ebit, aktivis Cirebon Timur sekaligus anggota LSM KOMPAK, menyatakan akan mengawal dan meminta instansi terkait turun tangan untuk memeriksa pelaksanaan proyek tersebut.
“Kalau dilihat dari nilai anggaran dan volume pekerjaan, ada potensi ketidaksesuaian. Kami akan dorong dilakukan pemeriksaan ulang agar jelas penggunaannya, karena ini uang rakyat,” tegas Agus.








