CIREBON – Warga 5 desa di sekitar Sungai Singaraja, Cirebon, menuntut Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimancis, untuk melakukan normalisasi sungai tersebut. Mereka mengaku kesulitan beraktivitas akibat pendangkalan sungai yang parah.
Kelima desa tersebut yakni Desa Japurabakti, Japura Kidul, Japura Lor, Astanamukti dan Desa Pengarengan.
Saum, seorang nelayan dari Astanamukti, mengatakan bahwa ia kesulitan mencari ikan karena kondisi Sungai Singaraja yang dangkal dan penuh sampah.
“Perahu nelayan sering kena sampah, sehingga kami kesulitan berlayar,” kata Saum.
Senada juga diungkapkan Kuwu Pengarengan, Carsadi, mengungkapkan bahwa kondisi Sungai Singaraja sangat memprihatinkan. Selain karena faktor intensitas curah hujan yang membawa lumpur saat banjir, juga karena faktor banyaknya kiriman sampah dari hulu sungai.
“Sungai Singaraja kedangkalannya parah, salah satu faktornya adalah banyak kiriman sampah dari hulu sampai hilir,” kata Carsadi yang survey sungai bersama tim BBWS.
Warga dan kuwu desa, dalam momen survey tersebut mengharapkan agar pihak BBWS segera melakukan normalisasi Sungai Singaraja, terutama dari hulu ke hilir yang melintasi 5 desa dari Desa Japurabakti, hingga Desa Pengarengan, Pangenan, Kabupaten Cirebon.
Bahkan, mereka berharap normalisasi dapat dilakukan dari hulu yang berada di wilayah Japurabakti, dari Jembatan Tol Pejagan-Kanci hingga ke hilir.
“Normalisasi terakhir dilakukan pada tahun 2003, sehingga warga berharap agar BBWS dapat segera melakukan normalisasi untuk memulihkan kondisi Sungai Singaraja,” katanya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimancis, Dwi Agus Kuncoro, menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan survey di beberapa lokasi. Seperti Sungai Cimanis, Cisanggarung, Ciberes dan Sungai Singaraja.
“Untuk Sungai Singaraja, hari ini (kemain,red) sudah disurvei dan idealnya memakai alat berat amphibi PC, Tetapi alat kami tipe tersebut sedang rusak, sehingga diputuskan untuk mengirim alat berat amphibi PC 110. Rencana paling lambat minggu depan kita bisa mendatangkan alat beratnya,” katanya.
Saat ditanya terkait titik-titik pendangkalan sungai yang berada di sepanjang Desa Japurabakti, Japura Kidul dan Japura Lor yang belum disurvey, dirinya menegaskan bahwa sementara ini, pihaknya mengaku terbatas karena banyak titik yang perlu disurvey yang jauh lebih urgent.
“Nanti secara bertahap mas, karena kemarin surveinya belum menyeluruh. Baru lokasi-lokasi yang urgent. Besok atau kapan, kita juga akan ke beberapa titik Desa Japura juga,” pungkasnya.