CIREBON – Karangtaruna Singaraja bekerjasama dengan Komunitas Sosial PNI Group Desa Japura Kidul, Kecamatan Asganajapura, Kabupaten Cirebon langsung sat-set menyikapi dan turut membantu siswa yang hampir putus sekolah agar tidak hilang semangat dalam menempuh pendidikan. Rabu (17/07/2024).
Salah satu anggota Karangtaruna Singaraja, Tri Sutrisno, mengungkapkan bahwa inisiatif tersebut bermula saat ada laporan dari salah satu tokoh masyarakat yang menyayangkan keberadaan salah satu anak yang putus sekolah karena faktor biaya.
Karena perihatin, akhirnya dirinya menyempatkan diri mengunjungi kediaman anak tersebut dan memberi semangat agar anak tersebut tetap bisa melanjutkan sekolah. Dirinya juga mengaku sudah berkoordinasi dengan Kepala Sekolah (Kepsek) yang berada di Desa Japura Kidul tersebut agar memberi kesempatan kepada siswa yang putus sekolah tersebut.
Menurut Sutrisno yang juga merupakan anggota Komunitas Sosial PNI Group, mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan upaya terpenting bagi masyarakat untuk mencapai sebuah cita-cita. Ada berbagai terobosan dari pemerintah untuk membantu mewujudkan impian masyarakat melalui program-program beasiswa namun faktanya masih banyak siswa yang putus sekolah lantaran persoalan biaya.
“Baru menginjak babak awal kegiatan belajar mengajar disekolah tahun ajaran 2024/2025 semester ganjil, persoalan model seperti ini nyata-nyata masih sering terjadi di sekitar kita,” katanya.
Terkait hal tersebut, menurutnya, merupakan tanggung jawab bersama. Bukan hanya pemerintah, melainkan semua masyatakat. Apalagi jika pemerintah terkesan tutup dalam hal ini.
“Ini harus jadi perhatian kita semua bahwa kebesaran hati kita sangat dinantikan oleh masyarakat yang membutuhkan ketika masih ada siswa yang belum tersentuh pemerintah daerah maupun tingkat pusat,” kata dia.
Dengan slogan Tut Wuri Handayani sebagai ikon pendidikan, menurutnya dianggap menjadi motivasi besar tentang pentingnya pendidikan bagi generasi mendatang.
“Harapan saya, semoga peristiwa seperti ini tidak ada lagi dan tidak terulang lagi. Dan kami mengajak semua untuk sama-sama bertanggungjawab dipersoalan ini. Dan untuk pemerintah, jangan tutup mata,” imbuhnya.
Yang membuatnya miris, saat pertama kali menemui siswa yang putus sekolah tersebut di rumahnya, terlihat kondisi keluarga dan kondisi rumah cukup memperihatinkan.
Saat ditemui di rumahnya, siswa yang berinisial BJ tersebut mengaku sebenarnya dirinya tidak ingin putus sekolah dan terus melanjutkan pendidikan. Apalagi, dirinya baru saja seharusnya naik kelas 8.
“Saya minder. Enggak punya biaya. Akhirnya saya sempet gak berangkat dan tidak ikut ujian semester pas kenaikan kelas 8 Mts. Padahal yah saya masih ingin terus berangkat sekolah,” katanya.