Potensi Wisata Seni Budaya Desa Galagamba: Menghidupkan Kearifan Lokal

Kesenian di Desa Galagamba, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.
Iklan bawah post

Cirebon : Desa Galagamba, Kabupaten Cirebon, akan meluncurkan program wisata desa yang menonjolkan seni dan budaya lokal.

 

Bacaan Lainnya

Bersama dengan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, desa ini berkolaborasi untuk mengemas kesenian secara unik dan berbeda dari wilayah lain.

 

Kolaborasi Seni Tradisional dan Kontemporer

 

Salah satu seni yang menjadi sorotan adalah seni musik, dengan perpaduan alat musik tradisional seperti genjring dan balasyik dengan alat musik kontemporer. Setiap event di Galagamba akan dimeriahkan oleh komposisi musik yang mencerminkan karakter khas desa ini.

 

Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ISBI Bandung, Dr. Jaeni Wastap, menyatakan bahwa ide ini berawal dari permintaan Kuwu (kepala desa) setempat untuk mengembangkan potensi seni dan budaya desa.

 

“Kami akan bangun di Desa Galagamba itu sesungguhnya membuat wisata desa. Jadi belum sampai kepada desa wisata. Jadi rencana itu sudah kami identifikasi ya beberapa dari Pak Kewu juga bahwa satu tahun di Galagamba itu event upacaranya itu banyak sekali,” katanya. Jum’at (20/9/2024)

 

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Seni

 

Selain mendukung revitalisasi seni tradisional, ISBI Bandung juga menyediakan bantuan berupa alat musik dan pelatihan teknis, seperti public speaking dan MC. Pemuda-pemudi Desa Galagamba dilibatkan dalam pelatihan seni, termasuk musik, tari, hingga pembuatan naskah drama berjudul Kanda Galagamba, yang menceritakan sejarah berdirinya desa tersebut.

 

Program ini bertujuan untuk memberdayakan generasi muda desa agar dapat mengelola seni dan budaya lokal secara mandiri.

 

“Jadi, nanti pemuda-pemuda di sini itu yang tergabung dengan Pegiat Seni Galagamba dengan Karang Taruna itu bisa menyatu, membuat satu organisasi sendiri,” kata Ketua PKM IBSI Bandung, Dr. Jaeni Wastap.

 

Event Adat dan Ritual Tahunan

 

Desa Galagamba memiliki banyak upacara adat yang menjadi daya tarik wisata, di antaranya tradisi mapak Sri yaitu upacara syukuran setelah panen, serta ritual kunjungan ke situs-situs keramat seperti Buyut Balegede dan Sumur Besiat yang menawarkan pemandangan Gunung Ciremai. Desa ini berharap agar berbagai event adat ini dapat dikemas menjadi atraksi wisata yang menarik bagi pengunjung.

 

“Ada banyak sekali event-event budaya, dalam satu tahun itu hampir setiap bulan bahkan ada satu bulan dua kali gitu ya. Mungkin ada seling satu bulan kosong untuk istirahat,” ungkap Dr. Jaeni.

 

Menuju Wisata Desa Berkelanjutan

 

Proyek pengembangan wisata desa ini direncanakan berlangsung selama tiga tahun. Pada tahun pertama, difokuskan pada pengemasan seni budaya dan pembangunan fasilitas penunjang seperti ruang publik dan tempat istirahat.

 

Kuwu Desa Galagamba, Suwandi Hartono, menegaskan bahwa selain seni budaya, sektor pertanian juga akan menjadi bagian dari wisata edukasi, dengan harapan dapat mendongkrak perekonomian desa melalui wisata dan produk lokal.

 

“Kita akan membuat tempat wisata di area pesawahan dengan view Gunung Ciremai, selain itu juga kita akan membuat edukasi pertanian dan edukasi seni budaya. Tempat wisata ini menjadi usaha desa yang akan dikelola oleh Bumdes,” katanya.

 

Harapan ke Depan: Festival dan Event Internasional

 

Ke depan, Desa Galagamba berambisi menggelar event besar berskala nasional dan internasional, termasuk festival seni budaya dan world music.

 

“Harapannya, seni dan budaya Desa Galagamba tidak hanya diminati oleh masyarakat lokal, tetapi juga dikenal di kancah internasional,” tutur Kuwu Suwandi Hartono.

 

 

Iklan dalam post

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *