Pemda Kabupaten Cirebon Luncurkan Pompanisasi untuk Atasi Kekeringan Lahan Pertanian

PJ Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya, bersama Dandim 0620/ Kabupaten Cirebon, Letkol Inf Aditya Wira Respati, dan Dinas Pertanian meninjau pompanisasi di lahan pertanian Kelurahan Pejambon
Iklan bawah post

Cirebon – Mulai memasuki musim kemarau, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Cirebon efektifkan Pompanisasi di wilayah pertanian yang sering mengalami kekeringan di Kabupaten Cirebon.

 

Bacaan Lainnya

Upaya tersebut agar lahan pertanian tidak mengalami gagal panen dan ketahanan pangan tetap terjaga.

 

Salah satu wilayah pertanian di Kabupaten Cirebon yang menggunakan Pompanisasi yaitu di Kelurahan Pejambon, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, dengan luas 22 hektar.

 

Proyek pompanisasi ini sangat penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut. Dari luasa 22 hektar, yang sudah teraliri air seluas 4 hektar.

 

“Alhamdulillah dengan pompanisasi ini masa panen bisa ditambah, misalnya yang biasa panen satu kali bisa menjadi dua kali,” kata Wahyu, saat mengunjungi proyek pompanisasi di Kelurahan Pejambon. Selasa (30/7/2024)

 

Di Kabupaten Cirebon, ada 138 titik pompanisasi, namun baru 115 titik yang berfungsi karena beberapa lahan pertanian masih memiliki sumber air yang cukup. “Daerah-daerah seperti ini kita menggunakan pompanisasi agar lahan pertanian tetap teraliri air,” ungkap Wahyu.

 

Tidak hanya pemerintah daerah, Kodim 06/20 Kabupaten Cirebon juga menyumbang 90 unit pompa.

 

“Pompa dari pemerintah diberikan kepada kelompok tani, dan pompa dari Kodim akan digunakan ke setiap area pertanian yang lebih membutuhkan,” jelas Wahyu.

 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Alex, menjelaskan bahwa sekitar 7.000 hektar lahan pertanian di Kabupaten Cirebon mengalami kekeringan setiap tahunnya berdasarkan data tahun lalu.

 

“Data tahun ini belum ada, namun saat ini kami masih bisa mengatasi kekeringan dengan pompanisasi,” ujarnya.

 

Beberapa titik yang mulai mengalami kesulitan air tahun ini di antaranya adalah Karang Sembung dan Karang Wareng.

 

“Di sana sumber airnya tidak ada, namun kami masih coba antisipasi dengan program pompanisasi ini,” terang Alex.

 

Berdasarkan data tahun lalu, kekeringan tersebut tersebar di sekitar 7 hingga 8 kecamatan, terutama di wilayah timur seperti Karang Wareng, Karang Sembung, Lemah Abang, Kapetakan, Gunung Jati, Susukan, dan Ciwaringin.

 

Petani yang mengalami gagal panen saat ini masih mendapatkan jaminan asuransi tani, meskipun klaim asuransi dari Jasindo memiliki persyaratan khusus. “Kami akan terus mendampingi mereka (petani),” ungkap Alex.

 

Komandan Kodim 06/20 Kabupaten Cirebon, Letkol Inf Aditya Wira Respati, mengatakan bantuan pompanisasi yang disebut Brigadir Alsintan dalam pengoperasiannya menggunakan taktik militer.

 

“Dimana ada kekosongan, maka kita akan bergerak. Jika ada wilayah yang sudah terdistribusi pompa, namun ada kekurangan maka pompa ini akan dikirim kesana,” tutur Aditya.

 

Petani setempat, Maskud, mengatakan, wilayah pertanian yang digarapnya hanya mampu melakukan masa tanam (MT) hanya dua kali dalam setahun.

Itupun kalo pasokan air memadai karena memang wilayahnya rentan kekeringan.

“Ini masa taman kedua dan baru satu bulan berjalan. Untuk tiga kali MT tidak mungkin karena disini area tadah hujan,” kata Maskud.

 

Dengan adanya bantuan mesin penyedot air dari Pemkab Cirebon, kata Maskud, para petani merasa sangat terbantu. Terbukti mereka bisa melakukan masa tanam kedua dengan bantuan mesin sedot ditambah bahan bakar dari gas yang lebih murah dibandingkan BBM.

Perbandingan menggunakan BBM dan gas 3 kg lebih irit sampai Rp 150 ribu dari yang seharusnya Rp 200 jika menggunakan BBM.

 

“Mesin sedot air kan kalo kalinya ada air. Untuk MT ketiga tidak mungkin ngambil air di sungai Kedung Waru karena kering. Jadi hanya dua kali MT saja. Alat sedot ini pake gas elpiji jadi hanya dua tabung sehari di kisaran Rp 50 ribu,” tutup Maksud.

Pos terkait