Salah satu temuan penting dari uji coba ini adalah potensi hasil panen yang jauh lebih besar. “Jika penanaman bawang merah dengan umbi di satu hektar menghasilkan 10 ton, maka menggunakan biji bisa mencapai 20 ton,” ungkap Wahyu.
Keberhasilan uji coba ini diharapkan mampu membantu mengendalikan laju inflasi di Kabupaten Cirebon, di mana bawang merah menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi.
“Jika suplai bawang merah stabil, kita bisa menjaga harga di pasar tetap terkendali,” jelas Wahyu.
Selain itu, masa simpan bawang merah juga dapat diperpanjang dengan metode penanaman dari biji. Bawang merah yang dipanen dalam 95 hari memiliki masa simpan lebih lama dibandingkan yang dipanen dalam 75 hari. Hal ini memungkinkan bawang merah ditahan sementara saat pasokan di pasar melimpah, sebagai salah satu strategi untuk mengendalikan harga.
“Uji coba ini dilakukan di lahan seluas 1.000 meter persegi yang terbagi menjadi tiga bagian untuk setiap masa panen,” tutur Wahyu.