Pemkab Cirebon Tetap Komitmen Turunkan Stunting Dibawah 14 Persen Tahun Ini

Iklan bawah post

Kabupaten Cirbeon : Pemerintah Kabupaten Cirbeon tetap berkomitmen untuk menurunkna angka stunting, hingga dibawah 14 % pada tahun 2024 ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Bupati Cirbeon, Hj Wahyu Tjiptaningsih, SE,M.Si, saat memimpin rembuk stunting Kabupaten Cirebon, Selasa 14 Mei 2024.

Bacaan Lainnya
Iklan dalam post

Dalam sambutannya, Ayu mengatakan, bahwa Kabupaten Cirbeon tetap berkomitmen untuk menurunkan angka stunting hingga dibawah 14 persen pada tahun ini.

Walaupun ujar Ayu, saat ini angka stunting di Kabupaten Cirebon mengalami kenaikan.

” Kita tetap berkomitmen untuk menurunkan angka stunting hingga dibawah 14 %,” ujar Ayu.

Ayu menuturkan, bahwa dalam penanganan stunting ini, bukan hanya dilakukan oleh salah satu pihak saja, namun harus dilakukan secara bersama-sama.

Karena menurut Ayu, jika penanganan stunting hanya dilakukan oleh salah satu dinas saja, maka target untuk bisa menurunkan angka stunting hingga dibawah 14 %, akan sulit tercapai.

” Penanganan stunting ini, dilakukan oleh semua unsur, bukan hanya tugas salah satu dinas saja,” ujar Ayu.

Ayu mengungkapkan, bahwa kegiatan rembuk stunting ini, bertujuan untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting di Kabupaten Cirebon.

Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama, antar organisasi perangkat daerah, penanggung jawab layanan dan lembaga non pemerintah.

Ayu mengakui, jika pada tahun 2024 ini, merupakan tahun terberat untuk bisa menurunkan angka stunting sesuai dengan target yang sudah ditentukan.

Namun menurut Ayu, jika penanganan ini bisa dilakukan dengan baik dan secara bersama-sama, dirinya sangat yakin target tersebut bisa tercapai.

” Kalau dilakukan sendiri-sendiri, maka akan kesulitan mencapai target,” ujar Ayu.

Dalam kesempatan tersebut, Ayu juga memaparkan hasil temuannya, ketika melakukan monitoring penanganan stunting disejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon.

Menurut Ayu, permasalahan stunting bukan hanya karena faktor kemiskinan saja. Namun cukup banyak juga yang disebabkan karena kesalahan pola asuh.

Ayu mengatakan, ia banyak menemui keluarga yang berkecukupan secara materi, namun ternyata anaknya menderita stunting. Hal ini dikarenaka keluarga tersebut tidak faham tentang stunting.

” Ada juga, yang karena anaknya diasuh oleh neneknya,” kata Ayu.

Sehingga menurut Ayu, edukasi kepada masyarakat tentang pemahaman stunting juga cukup penting. Oleh karena itu, pihaknya juga mengajak para akademisi untuk terlibat dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Pihaknya juga saat ini, sudah menggencarkan penanganan stunting dari hulu. Yaitu penanganan kepada para pelajar perempuan, yang nantinya akan menjadi ibu dari seorang anak.

Salah satu langkah yang dilakukan, yaitu dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), kepada para siswa, baik itu SMP atau SMA. Namun menurut Ayu, program ini juga harus dipantau oleh Dinas Pendidikan.

” Untuk memastikan, apakah program tersebut berjalan. Selain itu, Disdik juga harus memastikan, apakah obatnya diminum atau tidak,” kata Ayu.

Iklan dalam post

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *