Cirebon – Bripka Ridwan, seorang anggota Polri dari Polresta Cirebon yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, memberikan inspirasi lewat perjalanan hidupnya.
Selain menjalankan tugasnya sebagai abdi negara, Ridwan kini juga sukses menjadi petambak garam yang memberdayakan masyarakat sekitar.
Ridwan memulai usahanya sebagai petambak garam tiga tahun lalu. Langkah awalnya diambil setelah melihat potensi ekonomi dari garam di desa binaannya.
“Awalnya saya melihat pertumbuhan ekonomi di sektor garam di Desa Rawa Urip. Masyarakat mengarahkan saya untuk mencoba ikut menggarap tambak garam di wilayah binaan,” ujarnya.
Pada tahun pertama, ia mengelola tambak seluas tujuh hektare. Usaha ini terus berkembang, dan kini, pada tahun ketiga, tambak garam yang dikelola Ridwan sudah mencapai 10 hektare.
“Alhamdulillah, tahun kedua dan ketiga kami bisa menambah luas lahan. Ini juga berkat dukungan masyarakat,” tambahnya.
Meski sukses, perjalanan Ridwan tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah fenomena banjir rob. Air pasang yang merendam tambak sering kali menghancurkan produksi garam.
“Kalau musim rob, garam yang sudah diproduksi jadi hancur. Prosesnya jadi lebih lama, dan hasil panennya turun drastis,” ungkap Ridwan. Selain itu, ia juga menyoroti kebutuhan mendesak petambak garam akan plastik membran untuk meningkatkan kualitas produksi.
“Plastik membran sangat diperlukan supaya garam yang dihasilkan bisa bersaing dengan garam dari daerah lain. Kami berharap pemerintah bisa membantu pengadaan ini,” pintanya.
Di musim kemarau, tambak garam Ridwan bisa menghasilkan 6 hingga 7 ton garam per hari dari lahan seluas 10 hektare. Namun, harga garam yang masih berkisar di angka Rp700 per kilogram menjadi tantangan tersendiri untuk meningkatkan kesejahteraan petambak.
“Kalau dibandingkan dulu, harga garam sekarang sudah naik dari Rp200 per kilogram. Tapi tentu kami berharap ada kebijakan yang bisa meningkatkan harga lebih baik lagi,” ujar Ridwan.
Ridwan berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada petambak garam, terutama terkait penanggulangan banjir rob dan pengadaan plastik membran. Menurutnya, dukungan ini tidak hanya akan membantu petambak, tetapi juga akan menggerakkan perekonomian desa.
“Harapan kami sederhana, ada solusi untuk rob dan bantuan plastik membran. Dengan begitu, kami bisa lebih maksimal dalam memproduksi garam berkualitas,” tutupnya.
Kisah Bripka Ridwan adalah contoh nyata bahwa seorang abdi negara juga bisa menjadi motor penggerak ekonomi di masyarakat. Dedikasinya sebagai petambak garam memberikan inspirasi untuk terus berjuang meski di tengah keterbatasan.